CERPEN Cumi dan Kodok

cerita ini hanya fiktif belaka yang kemungkinan terjadi disekitar anak kuliahan

Rabu, 13 Oktober 2010

cerpen KODOK CUMI. Cumi yang malang

Cumi yang malang….





Burung berkicau dengan merdunya tepat pada dahan pohon Asem yang berada pas didepan kamar kontrakan Cumi pagi ini, dengan diiringi tawa gadis sekolah dan irama orkes melayu tetangga sebelah serasa mendengarkan symponi yang begitu indah untuk membuka hari.



Bau tak sedap menyeruak keluar dari dalam kamar si kurus ini dikala jendela kamar dibuka guna menggantikan udara basi dari dalam kamar dan masuknya udara cukup segar tapi tetap saja bau yang begitu khas sangat menusuk hidung walaupun sudah menggunakan masker penutup sekalipun.



Hmmm, aroma air liur yang kering terpaten tepat pada setiap bantal dan kasur yang dilalui arus liarnya “ iler “ sikurus Cumi. Pagi sudah ulai beranjak pergi digantikan oleh siang yang mulai menyengat. Hari ini adalah awal masuk kuliah setelah libur hari raya Idul Fitri.



Cumi yang kebetulan pada lebaran kali ini tidak pulang kampung a.k.a mudik merasakan begitu besarnya rasa rindu pada kampung halaman, rindu akan ibu, rindu ayah, adik, kakak dan sanak saudara. Rasa kangen yang sangat mendalam hanya bisa ditumpahkan pada gitar dan burung dipohon asem depan kontrakan.



Cumi bukan tak ingin pulang kampung, bukan tak ingin pula berkumpul dengan keluarga, tapi sebuah kejadian menimpa dirinya dikala niatan untuk mudik harus tertunda tahun ini karena 5 hari sebelum lebaran uang untuk membeli tiket bus ke Ciamis harus raib dicopet diterminal dan lebih buruknya lagi uang itu adalah uang terakhir Cumi bulan ini. Karena sebelumnya Cumi sudah memprediksikan bahwa uang itu cukup untuk tiba ditanah kelahiran. Tapi apa boleh dikata plastik sudah menjadi ember, beras sudah menjadi bubur akhirnya Cumi pulang kekontrakan dengan jalan kaki dari terminal Bogor sampai ke Ciawi. Dekat sih tapi lumayan betis jadi “ berkonde “.



Untuk bertahan hidup sampai uang kiriman datang dari orang tuanya yang entah kapan, Cumi harus merelakan alat komunikasi satu-satunya dijual dengan harga relatif murah sesuai dengan tipe handphonenya pun yang sudah ketinggalan jaman. 5110 “ NUKIEU “ hanya laku terjual 75 ribu saja itupun tanpa sinyal karena HP Cumi hanya bisa digunakan diluar ruangan. Naas memang nasib sial menimpa Cumi tahun ini setelah tak bisa pulang kampung lebaran ini dan kecopetan. Cumi juga harus mengikhlaskan sang “ lady rose “ nya dipersunting oleh seorang guru sekolah luar biasa ( SLB NEGARA PATUT BERSYUKUR ) di daerah Cidokom.



**



Takbirpun menggema diseantero Nusantara, Cumi hanya bisa meneteskan air mata disaat mengumandangkan Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Lailahailauallahuakbar Allahuakbar Walila Hilham. Tak ada wangi kue nastar. Tak ada harumnya opor ayam buatan ibunda tercinta dan yang lebih parahnya tak ada nada telpon atau SMS sekedar ucapan Minal Aidzin Walfaidzin dari orang-orang yang disayanginya.



Tiba-tiba cumi ingat sesuatu dan dia berlari menuju kamr mandi, Cumi lupa mengangkat rendaman kain sarung yang dicucinya untuk dipakai pada shalat ied esok pagi.



Adzan subuh sudah ditelinga tak terasa sudah 8 jam plus tidur Cumi mengkipas-kipaskan atau menganginkan kain sarung basah yang dicucinya tadi malam. Cumi tak memikirkan baju koko baru atau kemeja baru dia bukan tipe orang pendek akal. Baju kemeja putih yang dipakai untuk UTS dan masih tergantung dibalik pintu ia kenakan tuk menunaikan shalat Ied. Cumi sangat mendambakan shalat ied berjamaah karena dia bisa memohon maaf pada setiap orang yang ditemuinya dan bisa makan minum lagi pada siang hari karena berakhirnya bulan Suci ramadhan serta yang paling utama dia sangat bersyukur dapat menunaikan ibadah puasa karena belum tentu tahun depan ia bisa menikamati atau bertemu dengan bulannya seribu bulan itu.



Setelah shalat ied selesai cumi mengganti operator selularnya menggunakan merek “ pren “….. “ Assalamualaikum bro waduh minal aidzin walfa idzin yak..maafin gue banyak salah kata en perbuatan…ehh pren gue bisa pinjem hape loe gak, gue pengen nelpon nyokap gue nie…??? “



Terus berlanjut seperti itu pada 45 orang yang ditemuinya. Tepat pada orang yang ke 46 dia akhirnya bisa menghubungi orang tuanya dikampung, setelah dia bertemu dengan seorang ustadj secara kebetulan baru mengisi pulsa dengan voucher yang dibelinya kemarin. Setelah berhasil menghubungi ibunya di kampung dan mengatakan semua kejadian yang menimpa dirinya akhir-akhir ini, cumi tak lupa mengucapkan terima kasih banyak pada pak ustadj yang telah ikhlas meminjamkan HP-nya sehingga ustadj itu merubah mimik mukanya dengan lubang hidung membesar 5 kali lipat dan mengeluarkan asap tebal dihidungnya karena disisakan pulsa sebesar Rp 1.350 saja dari Rp 50.000.



Cumi kembali kekontrakannya hanya untuk menenangkan hatinya yang sedih dengan menikmati segelas kopi hitam dan 2 batang rokok kretek tanpa adanya kacang goring, kue semprong, rangginang, dapros dan ketupat sayur khas kue kampung dan makanan hari lebaran.



Keadaan kontrakan yang begitu tenang damai sunyi dan sepi karena ditinggal para penghuninya pulang kampung. Dia hanya bisa menangis sedih pada setiap hisapan rokok yang dibakarnya. Cumi menhibur diri dengan menyalakan Mp3 player yang dipenuhi oleh debu. Satu persatu penyanyi bergantian menghibur Cumi sehingga terdengarlah sebuah suara yang khas dari laki-laki berkulit hitam, berambut gimbal dengan menyanyikan judul lagu “ Three Little Bird “.



"Don't worry about a thing, 'Cause every little thing gonna be all right.

"Don't worry about a thing, 'Cause every little thing gonna be all right!"



Rise up this morning, Smiled with the rising sun,

Three little birds Pitch by my doorstep

Singing sweet songs Of melodies pure and true,

Sayin', ("This is my message to you-ou-ou:")

**



Tok tok tok terdengar suara ketuk pintu, rupanya seorang sahabat satu fakultas beda jurusan kuliah Cumi datang kekontrakan untuk membangunkan dan membawakan beberapa sisir buah pisang hasil dari kebunya dikampung.



“ Cum..cum…cum..bangun ni gue kodok bawa pisang ama bawa berita buruk…? “

“ Woyy..bangun dong berat nie pisangnya gede-gede..loe mau gak klo lo gak mau gue kasih ke tetangga sebelah nih…!!! “



Dibukanya pintu tak lama berselang Kodok langsung masuk kemar mandi dengan memuntahkahkan isi perutnya sarapan tadi pagi dirumahnya.



“ makanya Dok kalo sarapan itu pake nasi goreng atau bubur ayam minimal roti sumbu.. jangan sarapan CICAK terus jadinya lo muntah tuhh…?? “



“ bangsat lo cum, kamar lo tuh baunya udah kaya septiteng kontrakan loe..!!! “



Kodok datang bukan hanya membawa buah pisang untuk Cumi tapi kodok juga membawakan sebuah surat undangan dari Yuli.



“ Lady Rose “ nya Cumi beberapa lama ini selalu menemani Cumi dalam kehidupannya dikampus dan selalu membawakan sarapan pagi kekontrakan, merapihkan kamar dan baju-baju Cumi harus pergi dari hatinya setelah seorang guru sekolah luar biasa mempersuntingnya. Dalam satu bulan ini Cumi merasakan kejanggalan pada hubungannya dengan Yuli. Setiap SMS yang cumi kirim tak pernah dibalas, telpon yang selalu mail box. Datang kerumahnya, Yuli selalu dibilang tidak ada dirumah, sikap ibunya yang tak lagi ramah dan tersenyum dibalut sinis dan kecut mukanya harus diterima Cumi. Kenyataan yang sangat pahit harus membaca surat undangan pernikahan plus khitanan adiknya Yuli.



**

Cumi menyusuri jalan sendirian. Malam begitu sepi dan lengang. Tak satupun mobil atau manusia yang lalu lalang. Rumah-rumah sudah menutup jendela. Lampu-lampu sudah tak ada lagi yang menyala. Cumi tak tahu lagi apa namanya jalan ini. Rupanya ia sudah berjalan terlalu jauh.



Langit pekat oleh gumpalan awan hitam. Angina mendesau mengoyang-goyangkan dedauanan pohon-pohon pelindung dipinggir jalan. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan, ia mempercepat langkahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar