CERPEN Cumi dan Kodok

cerita ini hanya fiktif belaka yang kemungkinan terjadi disekitar anak kuliahan

Rabu, 13 Oktober 2010

cerpen KODOK CUMI rambut sialan

Ciawi, Bogor Selatan



Senin, 08.30 pagi



Seperti biasa, depan kantin yang ramai, tak kuasa menahan lalulalangnya mahasiswa/i. ganteng, sok ganteng, cantik, sok cantik, lebay, bahkan menjadi lebah. Saling beraksi dan menjadi yang terbaik didepan semua orang. Deretan warung disisi jalan menuju kampus Djuanda yang menjajakan kopi, susu, Juss bahkan sampai kopi tubrukan pun ada. Makanannya pun beragam mulai dari nasi goring, soto, gado-gado, ayam goring, ayam bakar sampai ayam kampus pun ada, ( ups )..berbaur dengan keramaian kantin.

Semua hiruk pikuk ini membuat suasana pagi di depan kantin, warung panjang ( WP ) terasa lebih hidup, belum lagi Ibu – ibu yang mengantarkan anaknya pergi sekolah TK dan SD di samping kampus membuat mata setiap pria sok tangguh dan lebay makin berimajinasi tingkat rendah. ( maklum Di kantin Cuma itu aja yang bisa dinikmati oleh mata, selanjutnya…? )

Kodok termasuk satu diantaranya. Ia mengayunkan langkah kakinya, rambutnya yang kribo terangguk-angguk mengikuti setiap geraknya. Tapi ia tak sedang dalam rangka mengikuti jadwal perkuliahan hari itu, melainkan Ia sengaja dating ke kantin hanya sekedar untuk cuci mata sambil berfantasi ala warung panjang yang murah meriah.

Anak muda bertubuh gempal bin tambun itu terus berjalan, dari kejauhan dengan jeans belel dan kaos serba hitamnya serta kulitnya pun ikut menyesuaikan secara otomatis. Ia sebenarnya tampak seperti lebah raksasa. Hanya saja rambutnya yang kribo itu membuat penampilannya agak terselamatkan. Ia lebih mirip ubur-ubur yang terlalu banyak makan gorengan gratisan bahkan sisa orang lain!.

Dengan maksud mengolok-olok, sang ayah sudah berapa kali mengganti panggilanuntuk “kodok”. Pertama ayahnya memanggil “sarang kutu” kemudian berturut-turut “sarang tawon”, “rambutan bengkak” dan yang terakhir “anak syaiton”. Tapi panggilan terakhir itu tak bertahan lama, ini karena pada suatu sore. Iseng-iseng kodok bertanya pada ayahnya yang sedang menikmati kopi kental di teras depan.



“kalo, anaknya syaiton, bapaknya siapa?.”



Tak ada jawaban, secara refleks kodok melompat mundur kebelakang. Tapi terlambat ia kalah cepat. Buru-buru ia ke kamar mandi, ia harus segera mencucui muka. Kopi kental itu merata di seluruh wajahnya. Sebagian ampasnya melekat di alis dan bulu matanya (bayangkan saja?).

Kodok Inghelmer adalah mahasiswa tingkat 3 jurusan Teknologi Nuklir Universitas Djuanda Bogor, yang sedang ingin minum kopi di kantin hanya sekedar ingin melihat tante-tante dan mahasiswi yang mejeng dikantin dan dikampus tersebut.

Mahasiswi Djuanda. Cantik-cantik, modis, berkerudung dan terlebih lagi, intelek ( indomie telor campur ketek) dan pinter. Banyak mahasiswi Djuanda yang berprofesi sebagai model atau SPG. Pria-prianya terlihat gagah, tampan dan wangi. Berotot, perut seperti martabak yang membuat kodok merasakan pilu dan iri ketika membandingkan mereka dengan dirinya yang berbentuk ubur-ubur kecmplung di minyak tanah.



“ ngelamun jorok loe yah?” Cumi mendorong Kodok yang akan duduk di kantin

“ nggak”



Pemandangan yang kontars, dengan kampong halamannya dimana semua temannya pintar dan berjakun serta berjenggot pula. Cumi menspot seorang tante?



“ Dok, arah jam tiga Loe Cantik !”

(kodok negeliat tangan sebelah kirinya, lalu tersadar bahwa dia nggak punya jam tangan)



“ ‘ Cumi parah loe, kulit musti disetrika gitu loe bilang cantik, mendingan loe bawa ajah ke Loundry “

**********************************************************************



Sang pemilik rambut sialan itu, duduk manis menikmati perjalanan zig-zag dan rem mendadak angkot yang ditumpanginya. Ia anggap sebagai pemacu adrenaline gratis. Lagu Maria-maria dari Carlos Santana yang di putar supir angkot, menggema di telinga para penumpang, terkecuali kodok lebih terdengar seperti lagu Bisik-bisik Tetangganya milik Elvi Sukaesih, karena terhalang oleh rambutnya yang sering di creambat pake minyak tanah. Seorang wanita muda berjilbab berparas cantik tampak tegang, kedua tanganya berpegangan pada tas yang dibawanya sambil sesekali menggigit bibir tipisnya dan sesekali melirik ke arah rambut sialan itu. Seorang kakek tua yang duduk disebelah kodok terlihat tenang, sepertinya Ia sedang menyerahkan nasibnya secara total pada angkot yang ditumpanginya itu, giginya yang ompong membuat ia tampak seperti orang yang selalu tersenyum.

Tepat pada bagian refrain lagu Maria-marianya Carlos Santana, Kodok melirik wanita muda berjilbab yang duduk tepat di depan mata Kodok. Mata ketemu mata, saat itulah Kodok melemparkan seutas senyumnya paling menawan yang pernah ia lemparkan.

Tak terbalas. Senyuman menawan paling indahnya itu pada waktu yang berantakan. Kodok merubah posisi duduknya. Tak enak juga senyum tak terbalas. Untungnya kampus sudah tak lama lagi tiba.

**********************************************************************



Selasa 12.30 Siang



Kodok duduk sendiri di kantin yang bernama STARBEH KOPI, yah ini adalah sebuah kedai kopi dan minuman ringan lainnya. Karena kodok adalah seorang mahasiswa sederhana yang Cuma bisa minum kopi di kedai kopi kecil. Bukan berarti dia tidak mampu minum kopi di kedai bermerek, seperti “ STARBUCK COFFEE ” dan lain-lain, hanya saja dia gak mau menghamburkan uangnnya hanya untuk sekedar minum segelas kopi di tempat mahal yang kalau dibandingkan hargannya bisa membeli 3 liter minyak tanah untuk mengcreambat rambutnya.

“ aduh, siang gini kok guw lum laper ya?, sambil memijit perutnya yang tambun”



Tiba datanglah sahabatnya Cumi yang kurus yang pantatnya yang kremian itu. Cumi sempat di diagnosa oleh dokter kena kangker di pantatnya yang lurus itu.



“ hah, loe Dok sendiri aja, disini percuma loe ngarepin tante jam segini mah?”

- “ Gila loe, Cum gw bukanya nungguin itu, tapi gw tunggu sebuah cahaya neh..?”

“ maksud loe?”

- “ iye, cahaya yang dibalut kerudung berwarna hitam keputihan dan dihiasi bibir tipis”

“ oh..maksud loe si mawar merah itu?”

- “ busyet dah, dasar ikan gabus tak bertulang loe!”

- “ bukan itu maksud gw, itu mah sebuah buntelan yang dibungkus ama daun kelor trus dikadsih abon dikit yar keliatannya berbulu aja?”

“ siapa lagi she?”

- “ dia anak baru, semester 3, kalo gak salah?’

“ berarti bener dong kalo gak salah?”

- “ di kadek sia kuaing heureuy wae “( bercanda mulu)

“ iya siapa?”

- “ makanya gera tuh otak n mat aloe singkronin, jangan pantat ajah ma dengkul loe ajak jalan-jalan?”

- Jangan si marku ajah loe kejar, kejarlah wanita lain”



Lalu lewat lah sesosok wanita yang didambakannya itu. Tapi rencana hanya tinggal rencana Tuhan juga yang menentukan mah?, wanita itu tampak akrab dengan seorang laki-laki ganteng, gondrong dan berbibir jading?”.



- “ aduh hancur hati gw? Cum!”

“ kenapa emangnya hati loe do colong kucing garong apa kucing angora disebelah rumah loe?”

“ makanya sering-sering makan ati, biar Hati loe nggak hancur minah!”

- “ dasar pantat Syaiton loe?”

“ gw bukan pantat Syaiton tapi pantat gw kremian”

- “ sss, arghhh “

- “ dah ah Bodo amat. Beh Kopi satu !”

“ gw ES the manis dingin yak?”

- “ heh papan triplek, kalo udah pake ES nggak usah pake dingin lagi?”

“ ahh, bakso di tempat gw pake Es ?”

- “ yang bener lum Cum?, masa bakso pake Es sih?”

“ Ya iyalah klao nggak pake Es itu jadinya buat bahan dasar rokok?’

- “ maksud loe Cum?’

( kodok tampak kebingungan, setelah dikerjain oleh Cumi)

“ Ehh..Rambut bengkak kalo nggak pake Es itu berarti dibacanya BAKO ( tembakau ) buat ngerokok!”

- “ Sialan loe Cum!!!”

“ He he heheheheh “

**********************************************************************



Lalu mereka berdua asyik mengobrol ngaler ngidul, membicarankan hal yang tak pantas dan sepatutunya dibicarakan di bawah meja kantin sambil ngopi dan minum es teh dingin?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar