RSUD – Ciawi “ Rina Teratai “
21-09-11 / 10.41 pm
Krekeeeeet terdengar suara pintu
ruangan teratai terbuka, berjalan melintasi lorong panjang dan terlihat
beberapa orang sedang terbaring lelap diselasar dialasi dengan keramik-keramik
lantai warna kuning. Nampak jelas pada sudut-sudut kamar manusia-manusia lemah
tak berdaya dengan air natrium khlorida sebagai penopang hidupnya dan aksesoris
yang melingkar pada lengannya.
Layaknya sebuah peragaan busana,
seorang suster berkerudung dengan sepatu ketsnya yang putih, mondar-mandir
tepat ditengah garis lorong itu. Peragaan busana kali ini mempunyai tema
pakaian ala teroris, sarung tangan, baju lengan panjang, dan menutupi mukanya
dengan masker. Mungkin sebagian dari mereka kurang percaya diri, sehingga harus
menutupi separuh paras mereka atau emang bibir mereka yang tidak mecing atau
juga giginya yang tidak rata jarang jarang seperti pagar rumah…?.
Pertunjukan selesai dengan
dimatikannya lampu kamar-kamar pasien, entah siapa perancang busananya, gak da
musik pengiring, gak ada kata sambutan yang ada hanya beberapa tulisan
peringatan
“ dilarang merokok diruangan ini,
matikan kran air,
ruangan administrasi dan
pasien dilarang membawa
peliharaan ke ruangan..”
hmm ada – ada saja .
Haaah itu hanya sebagian kecil
pemandangan yang ada pada hari ini entah esok apalagi…? Terdengar rintihan
bocah laki-laki disebelah kasur sepupuh Kodok, badanya kurus ceking tulang
belulang yang dilapisi kulit saja dan perut yang buncit, dengan sabarnya ibu si
anak merawat dan menungguinya hanya untuk sekedar minta minum dan pipis.
Pemandangan ini menjadikan ku semakin sayang kepada orang tua ku…keluh si Kodok.
Empat malam sudah Kodok menginap
dirumah sakit sekedar membantu menemani dan bergantian jaga sepupunya yang sedang
koma. Dimanapun kita berada Tuhan selalu menunjukan kekuasaanya dengan
memberikan keindahan paras seorang suster, kekuasaan Tuhan tidak berhenti pada
sebuah keindahan saja tapi juga kekuatan mematikan serta menghidupkan manusia.
Tepat pada lantai satu bangunan rawat inap ini adalah ruangan luas dimana
regenerasi ras manusia hadir dimuka bumi, jeritan ibu melahirkan dan tangisan
bayi suci “ welcome to the jungle “
“…gue rasa tuh bayi nangis karena
bahagia setelah 9 bulan berada dalam
rahim emaknya yang cukup pengap kali yah…?” Kodok berucap.
Adzan ashar berkumandang tepat di
hari sabtu itu, semua keluarga sudah kumpul sore ini termasuk para sahabat dan
teman-teman dari sepupuhku. Maha suci Tuhan dengan segala kemampuannya, sore
itu langit cerah terlihat bukit-bukit yang sudah tidak perawan di daerah
kawasan puncak. Mungkin ini yang terbaik untuk sepupuhku, radang otak atau
pembusukan pembuluh jaringan otak adalah penderitaan yang sangat berat untuk
sepupuhku.
“Kau sudah sembuh saudaraku tak
ada lagi rasa sakit yang menyerang otak mu yang ada hanya doa’a-do’a indah
untuk dirimu, kami semua mengikhlaskan semua jalan yang sudah Tuhan berikan
untuk dirimu dalam mengarungi perjalanan hidupmu yang baru”.
Tak lama adzan magrib selesai
dikumandangkan, bunyi sirine dari ambulance pun semakin menjauh rumah sakit dan
segera mendekat menuju rumah duka. Cumi sahabat Kodok pun sudah sedari tadi
mempersiapkan apa yang dibutuhkan untuk memandikan jenazah serta peralatan apa
saja yang perlu. Sesampainya dirumah duka Kodok pun melihat Cumi dengan mata
yang berkaca-kaca dan rasa kesedihan teramat dalam karena ditinggal pergi oleh
sesorang yang akrab juga dengannya.
Melihat tubuh dan wajah yang
pucat, Cumi merasakan ketakutan yang luar biasa. Maklum baru kali ini dia berhadapan
“face to face” dengan mayat, sepertinya darah yang ada pada muka Cumi jatuh
semua ke telapak kakinya, tapi walau bagaimana pun dia harus memberanikan diri.
Akhirnya Kodok dan Cumi sadar akan arti kesehatan, mereka berdua tak akan
menggunakan helm proyek bila mengendarai vespanya dan tak akan menggunakan
sandal bakiak untuk wudlu dimasjid bila sedang menunggangi motor butut mereka,
istilahnya safety first.
Radang otak yang dialami almarhum
adalah akibat dari benturan keras dengan benda padat ketika sedang melaju dan
terpeleset ke bagian dalam truck tronton.
Sebulan sudah berlalu dari
kesedihan, kedua sahabat ini kembali beraktifitas seperti biasa nongkrong
dikantin kampus sambil melirik kanan kiri “sapa tau ada yang cantik lewat “
dasar dua kadal tak beruntung ini masih saja melakukan tabiat mereka yang sama
sekali tak pernah berhasil dalam pengembaraannya mendapatkan cinta sejatinya.
Setelah hampir semua teman
seangkatannya sudah merubah statusnya menjadi alumni. Mereka berdua terpecut
untuk merubah nasib mereka dipergulatan nilai akhir smester nanti, setelah apa
yang didapat selama ini dengan IP nomor cantik Cumi IP-nya 1.23 dan Kodok 2.34
berhasrat mengembalikan kejayaan mereka pada smester I, 7 tahun yang lalu
tepatnya dengan mempunyai Ip nyaris 2.75 walaupun bukan nomor cantik tapi
membuat bangga kedua kadal ini, karena hasil karya sendiri dan bantuan secarik
kertas, tetapi itu membuat mereka lebih baik ketimbang orang-orang yang membeli
ijazah.