CERPEN Cumi dan Kodok

cerita ini hanya fiktif belaka yang kemungkinan terjadi disekitar anak kuliahan

Rabu, 26 Oktober 2011

Life is to short


RSUD – Ciawi “ Rina Teratai “ 21-09-11 / 10.41 pm

Krekeeeeet terdengar suara pintu ruangan teratai terbuka, berjalan melintasi lorong panjang dan terlihat beberapa orang sedang terbaring lelap diselasar dialasi dengan keramik-keramik lantai warna kuning. Nampak jelas pada sudut-sudut kamar manusia-manusia lemah tak berdaya dengan air natrium khlorida sebagai penopang hidupnya dan aksesoris yang melingkar pada lengannya.
Layaknya sebuah peragaan busana, seorang suster berkerudung dengan sepatu ketsnya yang putih, mondar-mandir tepat ditengah garis lorong itu. Peragaan busana kali ini mempunyai tema pakaian ala teroris, sarung tangan, baju lengan panjang, dan menutupi mukanya dengan masker. Mungkin sebagian dari mereka kurang percaya diri, sehingga harus menutupi separuh paras mereka atau emang bibir mereka yang tidak mecing atau juga giginya yang tidak rata jarang jarang seperti pagar rumah…?.
Pertunjukan selesai dengan dimatikannya lampu kamar-kamar pasien, entah siapa perancang busananya, gak da musik pengiring, gak ada kata sambutan yang ada hanya beberapa tulisan peringatan

 “ dilarang merokok diruangan ini,
matikan kran air,
ruangan administrasi dan
pasien dilarang membawa peliharaan ke ruangan..”
hmm ada – ada saja .

Haaah itu hanya sebagian kecil pemandangan yang ada pada hari ini entah esok apalagi…? Terdengar rintihan bocah laki-laki disebelah kasur sepupuh Kodok, badanya kurus ceking tulang belulang yang dilapisi kulit saja dan perut yang buncit, dengan sabarnya ibu si anak merawat dan menungguinya hanya untuk sekedar minta minum dan pipis. Pemandangan ini menjadikan ku semakin sayang kepada orang tua ku…keluh si Kodok.
Empat malam sudah Kodok menginap dirumah sakit sekedar membantu menemani dan bergantian jaga sepupunya yang sedang koma. Dimanapun kita berada Tuhan selalu menunjukan kekuasaanya dengan memberikan keindahan paras seorang suster, kekuasaan Tuhan tidak berhenti pada sebuah keindahan saja tapi juga kekuatan mematikan serta menghidupkan manusia. Tepat pada lantai satu bangunan rawat inap ini adalah ruangan luas dimana regenerasi ras manusia hadir dimuka bumi, jeritan ibu melahirkan dan tangisan bayi suci “ welcome to the jungle “

“…gue rasa tuh bayi nangis karena bahagia setelah 9  bulan berada dalam rahim emaknya yang cukup pengap kali yah…?” Kodok berucap.

Adzan ashar berkumandang tepat di hari sabtu itu, semua keluarga sudah kumpul sore ini termasuk para sahabat dan teman-teman dari sepupuhku. Maha suci Tuhan dengan segala kemampuannya, sore itu langit cerah terlihat bukit-bukit yang sudah tidak perawan di daerah kawasan puncak. Mungkin ini yang terbaik untuk sepupuhku, radang otak atau pembusukan pembuluh jaringan otak adalah penderitaan yang sangat berat untuk sepupuhku.

“Kau sudah sembuh saudaraku tak ada lagi rasa sakit yang menyerang otak mu yang ada hanya doa’a-do’a indah untuk dirimu, kami semua mengikhlaskan semua jalan yang sudah Tuhan berikan untuk dirimu dalam mengarungi perjalanan hidupmu yang baru”.

Tak lama adzan magrib selesai dikumandangkan, bunyi sirine dari ambulance pun semakin menjauh rumah sakit dan segera mendekat menuju rumah duka. Cumi sahabat Kodok pun sudah sedari tadi mempersiapkan apa yang dibutuhkan untuk memandikan jenazah serta peralatan apa saja yang perlu. Sesampainya dirumah duka Kodok pun melihat Cumi dengan mata yang berkaca-kaca dan rasa kesedihan teramat dalam karena ditinggal pergi oleh sesorang yang akrab juga dengannya.
Melihat tubuh dan wajah yang pucat, Cumi merasakan ketakutan yang luar biasa. Maklum baru kali ini dia berhadapan “face to face” dengan mayat, sepertinya darah yang ada pada muka Cumi jatuh semua ke telapak kakinya, tapi walau bagaimana pun dia harus memberanikan diri. Akhirnya Kodok dan Cumi sadar akan arti kesehatan, mereka berdua tak akan menggunakan helm proyek bila mengendarai vespanya dan tak akan menggunakan sandal bakiak untuk wudlu dimasjid bila sedang menunggangi motor butut mereka, istilahnya safety first.
Radang otak yang dialami almarhum adalah akibat dari benturan keras dengan benda padat ketika sedang melaju dan terpeleset ke bagian dalam truck tronton.
Sebulan sudah berlalu dari kesedihan, kedua sahabat ini kembali beraktifitas seperti biasa nongkrong dikantin kampus sambil melirik kanan kiri “sapa tau ada yang cantik lewat “ dasar dua kadal tak beruntung ini masih saja melakukan tabiat mereka yang sama sekali tak pernah berhasil dalam pengembaraannya mendapatkan cinta sejatinya.
Setelah hampir semua teman seangkatannya sudah merubah statusnya menjadi alumni. Mereka berdua terpecut untuk merubah nasib mereka dipergulatan nilai akhir smester nanti, setelah apa yang didapat selama ini dengan IP nomor cantik Cumi IP-nya 1.23 dan Kodok 2.34 berhasrat mengembalikan kejayaan mereka pada smester I, 7 tahun yang lalu tepatnya dengan mempunyai Ip nyaris 2.75 walaupun bukan nomor cantik tapi membuat bangga kedua kadal ini, karena hasil karya sendiri dan bantuan secarik kertas, tetapi itu membuat mereka lebih baik ketimbang orang-orang yang membeli ijazah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar